BUTA WARNA PARSIAL
PENGALAMAN
MEMBUAT SIM C
Hai,
selamat malam. Udah lama nih ngga bikin cerita, hehe. Mumpung lagi longgar,
boleh lah bikin cerita.
Kali
ini cerita saya tentang membuat SIM C. Mungkin terdengar biasa saja, tapi lain
halnya apabila yang cerita adalah penderita buta warna parsial. Baiklah kita
mulai. Saya pertamakali membuat SIM C sekitar tahun 2012 ketika masih kelas 11
SMA. Saat itu umur saya sudah 17 tahun, hehe. Pastinya perasaan saya khawatir
karena sudah tau bahwa ada cek kesehatan. Mungkin beberapa hari sebelum membuat
SIM, saya kepikiran terus, gimana nanti waktu tes, gimana kalau ngga lolos. Sampai
saat hari tiba, ketika itu hari Jumat, saya pasrah, berangkat bersama dengan
bapak yang mau nemenin. Jantungku berdebar cepat ketika sampai di polres
Wonosobo. Mungkin bagi kalian yang bukan penderita butawarna menganggap ini
berlebihan atau lebayyy, tapi begitulah adanya, selalu khawatir. Saya menunggu
di ruangan cek kesehatan menunggu dipanggil. Dan tibalah giliranku untuk dicek.
Pasrah.. dan ternyataa entah itu hari keberuntunganku, atau Tuhan telah
menolongku, tidak ada cek kesehatan mata. Hanya cek tinggi dan berat badan
serta dilihat matanya sekilas saja. Kebetulan yang bertugas mengecek kesehatan
yaitu bapak polisi yang sudah berumur. Jadi mungkin biar ngga kelamaan kali
ya... begitu keluar dari ruangcek kesehatan, hatiku merasa legaa, udara terasa
segar. Hehehe.. dan saya ikuti langkah langkah selanjutnya dalam pembuatan SIM.
Empat
tahun berlalu. SIM C saya akan berakhir masa berlakunya. Di bulan september
2016 ini saya memperpanjang SIM C. Sama seperti ketika hendak pertama membuat
SIM. Jantung saya berdebar, kekhawatiran mulai muncul. Tapi yasudahlah, dalam
diri saya berkata jujur saja kalau buta warna parsial, lagian selama 4 tahun
ini saya punya SIM, tidak pernah punya kendala terkait warna lalu lintas. Saya pun
kembali ke Wonosobo untuk memperpanjang SIM. Dan tibalah saatnya saya dicek kesehatannya.
Daaan ada tes buta warna nya. Ketika buku ishihara nya dibuka, saya langsung
bilang kalau bilang udah pernah tes buta warna, dan saya buta warna parsial. Petugas
nya pun mengangguk saja, dan saya tetap dapat memperpanjang SIM C, mungkin
orang yang butawarna sudah semakin banyak, jadi buat apa melarang larang si
buta warna punya SIM, dan petugas kepolisian juga pasti sudah mengerti, yaaa
walaupun belum mengerti rasanya buta warna parsial. Hehe.
Begitulah
pengalaman saya dalam membuat SIM C. Untuk kalian para pemilik mata spesial,
jangan pernah lupa berdoa, ingatlah Tuhanmu, pasrahkan semuanya, dan yang
penting adalah jujur. Boleh lah kalian menghafal pola pola angka ishihara. Tapiii
mau sampai kapan? Tidakkah kalian menerima kekurangan kalian? Kekurangan juga
merupakan salah satu anugrah-Nya. Cukup berdamai dengan diri sendiri. Hargai perasaan
kalian. Ingatlah Tuhan, karena keberuntungan itu nyata.
Terimakasih
Komentar