HOW TO BE A GOOD LISTENER

SEBUAH ULASAN MENGENAI BUKU BERJUDUL HOW TO BE A GOOD LISTENER by RENATA


Mendengar tidak lah sama dengan mendengarkan. Mendengar hanya sebatas telinga menangkap suara, tetapi mendengarkan adalah mendengar dengan penuh perhatian. Buku How to be A Good Listener memberitahu kita bahwa mendengarkan itu ada seninya, tidak hanya berbicara yang ada seninya, tidak hanya Bodo Amat yang ada seninya, tapi mendengarkan juga, hehe.

Dalam buku ini dijelaskan mengenai  bagaimana langkah-langkah menjadi pendengar yang baik, dan untuk apa sih kita harus menjadi pendengar yang baik. Problem di masyarakat kini adalah semua orang sedang mengalami yang namanya want to show off, ingin selalu dipahami, ingin selalu dimengerti, mereka selalu membiarkan segala sesuatu dalam pikiran terbuncahkan dalam media sosial atau saat mereka berkumpul dengan teman-teman. Bisa dibilang saat ini kita sedang dilanda krisis mendengarkan, tidak hanya krisis membaca, tapi juga krisis mendengarkan,

Krisis mendengarkan ditandai dengan kita coba lihat saja di kehidupan kita sehari-hari, lihat teman-teman anda, lihat bagaimana orang-orang ketika sedang berkumpul, atau malah lihat diri anda sendiri. Ketika anda berkumpul bagaimana suasana pembicaraan, siapa yang paling banyak berbicara, siapa yang mendominasi topik, bagaimana reaksi rekan-rekan ketika ada seseorang yang berbicara, bagaimana respon atau timbal balik yang diberikan. 

Dalam kasus lain, bagaimana ketika ada seseorang yang ingin bercerita kepada anda, mengenai permasalahan pribadinya, permasalahan kerja, atau bagaimana ketika anda mencoba ingin bercerita kepada teman anda, bagaimana respon mereka. Apakah anda puas telah bercerita kepada mereka, apakah anda puas dengan respon mereka. Lalu sebagai pendengar, apa respon anda, apakah anda mengerti apa yang telah dibicarakan, apakah anda benar-benar telah menjadi pendengar yang baik?

Setelah membaca buku ini, memang benar ada banyak sekali tipe orang dalam hal mendengarkan. Ada yang tipe antusias, ada yang hanya pura-pura mendengarkan, ada  yang selalu memotong pembicaraan, ada yang dengan sok bijaksana memberikan nasihat atau saran yang ternyata belum tentu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara,  yang lebih parah lagi ada tipe orang yang seharusnya posisi dia sebagai pendengar, malah dia yang memutar topik dan menceritakan tentang dirinya sendiri, menganggap masalah dari pembicara bukanlah apa-apa dibanding dirinya. Saya sering menemukan tipe orang yang seperti itu, haha.

Saya menangkap hal inti dari buku ini yaitu dalam mendengarkan kita perlu menjernihkan pikiran kita, kita harus mencari waktu yang tepat untuk memulai pembicaraan, tempat yang tepat , karena gangguan lingkungan dapat membuat proses penyampaian informasi menjadi tidak tepat. Jauhi barang-barang yang dapat mengalihkan perhatian kita kepada pembicara seperti handphone. Posisi kita sebagai pendengar juga menentukan kenyamanan pembicara, karena mereka bisa menilai apakah kita siap sebagai pendengar atau tidak. Posisi yang dimaksud disini adalah kita berhadapan dengan pembicara, tidak menuju ke arah yang lain. Ketika anda dalam kondisi yang sibuk, banyak pikiran, maka jujurlah jika anda tidak siap untuk menjadi pendengar, lebih baik tunda dahulu atau siapkan waktu yang tepat, jika anda memaksakan untuk mendengarkan apa yang ingin dibicarakan orang lain, maka informasi yang diterima tidak sempurna, mungkin anda juga akan kehilangan beberapa poin yang disampaikan.

Hal inti lain yang harus dimiliki sebagai pendengar yang baik adalah menurunkan ego anda. Kita semua tahu bahwa apa yang dipikirkan atau dibicarakan orang lain kadang berbeda dengan pendapat kita, kita mungkin tidak setuju atas pikirannya. Kita harus menahan ego kita ketika mendengarkan, biarkan orang lain mengutarakan pikirannya, jangan menyiapkan kalimat tangkisan atau kalimat jawaban dalam pikiran anda karena anda tahu anda berbeda pendapat dengannya. Jernihkan pikiran anda, turunkan ego anda, bangun empati anda dalam mendengarkan. Posisikan diri anda layaknya sebagai pembicara yang mengalaminya. Memang terlihat susah, karena menjadi A Good Listener memang tidak mudah, perlu banyak latihan. Jangan memotong pembicaraan, dengarkan hingga selesai sehingga anda mampu menangkap informasi secara utuh. Memotong pembicaraan mengakibatkan pembicara akan merasa anda tidak benar-benar mau mendengarkan, dan membuat pembicara menjadi tidak ingin untuk berbicara lebih lanjut.

Jangan memberi jawaban atau saran kecuali anda memang diminta, banyak orang hanya ingin mengutarakan apa yang ada di pikirannya, namun apabila anda diminta untuk menanggapi, lebih baik anda merespon dengan menunjukkan anda bersimpati dan memahami apa yang disampaikan (memang benar-benar memahami). Lalu sampaikan apa adanya apa yang ingin anda sampaikan, jujur saja kalau memang anda belum bisa membantu, cobalah untuk menguatkan pembicara, dan buatlah mereka mampu untuk menentukan keputusannya sendiri. 

Jika anda tidak begitu memahami, maka sampaikanlah kalau anda belum memahami, dan mintalah pembicara untuk mengulang, agar anda dianggap tidak pura-pura mendengarkan. Kemudian sampaikan pertanyaan apabila mereka selesai berbicara, jangan memotong pembicaraan. Lebih baik menunggu hingga selesai bicara, lalu tanyakan poin-poin yang ingin anda tanyakan, sehingga pembicara mampu menjelaskan lebih detail. Bayangkan jika anda dalam posisi sebagai pembicara, dan teman anda telah menerapkan hal-hal kecil tersebut, tentunya anda akan merasa senang, dan tentunya merasa dihargai. Kepercayaan anda terhadap teman anda semakin besar serta melegakan hati dan perasaan anda. 

Kenapa kita harus menjadi pendengar yang baik? Dalam buku tersebut menjelaskan pendengar yang baik adalah ciri ciri dari pemimpin yang baik. A good leader is a good listener. Pemimpin yang mau mendengarkan bawahannya, akan selalu disegani dan dipercaya serta membuat bawahannya semakin semangat. Ketika pemimpin tidak mau mendengarkan kondisi, masalah dari bawahannya, maka akan mengakibatkan ketidakpuasan dalam diri bawahan tersebut, bisa menurunkan kepercayaan mereka kepada atasannya. Pemimpin yang pintar belum tentu mau mendengarkan, pemimpin yang bijak pasti mau mendengarkan bawahannya. 

Itulah uraian singkat mengenai buku How to be a good listener karya Renata. Memang tidak mudah menjadi pendengar yang baik, membutuhkan banyak latihan dan kebiasaan. Mendengarkan merupakan latihan seumur hidup karena dengan mendengarkan, kita dapat membantu mendewasakan jalan pemikiran dan cara pengambilan keputusan seseorang (Renata, 2018)

Komentar